2.5.09

Perempuan ini

Menjadi seorang perempuan tidaklah sulit. Tapi menjadi SEPERTI perempuan, itu yang penting.

Karena perempuan bukan hanya tentang gender, tapi ini tentang sikap dan amanah perempuan di dunia. Yang sayangnya, makna perempuan seperti telah tergeser banyak oleh perkembangan zaman.

Perempuan dijadikan sebuah stereotype dengan keseragaman karakter utama,
Yaitu:
- Air mata
- Lemah
- Tampil cantik

Sehingga akan dianggap wajar jika perempuan menangis, tapi menjadi sedikit "memalukan" jika laki-laki yang menangis. Akan dianggap wajar jika perempuan lemah, tapi begitu "mengecewakan" jika seorang laki-laki lemah. Dan perempuan itu -entah kenapa- merasa harus selalu bisa tampil rapih.

Jika hanya itu memaknai perempuan, maka itu seperti memandang bahwa Perempuan adalah Manusia, sementara Laki-laki adalah makhluk lain.
Allah menciptakan manusia sudah dengan bentuk yang paling sempurna untuk menjalankan tugasnya di muka bumi.
Seluruh manusia memiliki kelenjar air mata, maka mereka semua berhak menangis.
Seluruh manusia memiliki otot lurik, maka mereka semua berhak merasa lemah.
Seluruh manusia memiliki tubuh, maka mereka semua berhak tampil rapih.

Entah siapa yang memulai menjadikan sosok perempuan memiliki "karakter umum" seperti itu, namun mereka sungguh keliru. Stereotype macam tadi seperti yang terjadi pada makna seragam anak sekolah zaman sekarang. Gaya berpakaian Dian Sastro di film AADC tiba-tiba menjadi sebuah ikon anak SMA, dan ditiru oleh banyak pelajar.
Kemeja agak pendek. Rok di atas lutut. Kaos kaki panjang. Sepatu warna-warni.
Entah bergeser kemana makna dari sebuah "seragam sekolah".

Begitu juga tentang makna perempuan.
Bukannya saya tidak memihak pada emansipasi, hanya saja menurut saya emansipasi bukan berarti kesetaraan gender. Hak dan Kewajiban antara perempuan dan laki-laki, tidak akan pernah sama (untuk beberapa poin).

Perempuan itu adalah sosok yang padanya diamanahkan tugas besar yang menyangkut nasib seluruh umat manusia. Perempuan itu istimewa.
Makanya perempuan pun berhak bersekolah setinggi-tingginya, berhak mengutarakan pendapatnya, berhak hidup merdeka. Namun perlu diingat, meski hak-haknya mirip dengan hak-hak laki-laki, tapi tata caranya berbeda.
Karena perempuan istimewa.

Berhak bersekolah setinggi-tingginya, bukan berarti perempuan lebih baik tidak menikah maupun mengurus rumah tangganya.
Berhak mengutarakan pendapatnya, bukan berarti perempuan harus berteriak-teriak di depan gedung parlemen.
Dan berhak hidup merdeka, bukan berarti perempuan tidak harus taat pada suaminya.
Karena perempuan istimewa.

Jangan menyalahartikan, apalagi menyalahgunakan, keistimewaan yang diberikan Allah pada perempuan. Karena setiap perlakuan istimewa yang ada untuk perempuan, sungguh sebagai sebuah kekuatannya untuk menjalankan amanah besar, yang bahkan berpengaruh bagi seluruh dunia. Percaya?

Kaum feminis mengatakan bahwa menjadi perempuan dalam Islam amatlah susah dan terkekang, lihat saja peraturan dibawah ini:
  1. Perempuan auratnya lebih susah dijaga dibanding lelaki.
  2. Perempuan perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
  3. Perempuan saksinya kurang dibanding lelaki.
  4. Perempuan menerima pusaka kurang dari lelaki.
  5. Perempuan perlu menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.
  6. Perempuan wajib taat kepada suaminya tetapi suami tak perlu taat kepada isterinya
  7. Talak terletak di tangan suami dan bukan isteri.
  8. Perempuan kurang dalam beribadat karena masalah haid dan nifas yg tak ada pada lelaki.
makanya mereka tidak pernah lelah untuk berpromosi memerdekakan kaum perempuan Islam.

Tapi coba perhatikan, bahwa Allah tidak mungkin akan menyia-nyiakan hamba-Nya. Semua aturan itu sebenarnya adalah sebuah keistimewaan, asal kita mau membuka mata dan melihat keistimewaan tersebut:
  1. Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan di tempat yg teraman dan terbaik. Sudah pasti, intan permata tidak akan dibiarkan terserak bukan? Itulah perumpamaan aurat seorang perempuan.
  2. Perempuan perlu taat kepada suaminya, tetapi laki-laki wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama dari bapaknya. Bukankah ibu adalah seorang perempuan?
  3. Perempuan menerima pusaka kurang dari laki-laki, tetapi harta itu menjadi milik pribadi dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya, sementara itu manakala lelaki menerima pusaka, maka ia harus menggunakannya untuk isteri dan anak-anaknya.
  4. Perempuan perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, akan tetapi setiap saat dia akan selalu didoakan oleh semua makhluk Allah di muka bumi dan malaikat, dan jika ia mati karena melahirkan, maka matinya adalah syahid.
  5. Di akhirat kelak, laki-laki akan diminta pertanggungjawabannya terhadap 4 hal yaitu isterinya, ibunya, anak perempuannya dan saudara perempuannya.
  6. Sementara itu seorang perempuan, tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang laki-laki yaitu suaminya, ayahnya, anak laki-lakinya dan saudara laki-lakinya.
  7. Seorang perempuan boleh memasuki pintu surga melalui mana-mana pintu surga yg disukainya cukup dgn 4 syarat saja yaitu sembahyang 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat pada suami, dan menjaga kehormatannya.
  8. Seorang laki-laki harus pergi berjihad fisabilillah, tetapi perempuan jika taat akan suaminya serta menunaikan tanggung jawabnya kepada Allah, akan turut menerima pahala seperti pahala orang yang pergi berperang fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.

Lalu memangnya apa "amanah besar yang Allah bebankan pada perempuan" yang bahkan mempengaruhi seluruh dunia?

Ingat lagi bagaimana Nabi Musa dibesarkan di keluarga Fir'aun? Karena ada seorang perempuan mulia bernama Asiyah yang akan merawat dan mendidiknya.
Ingat lagi bagaimana Nabi Isa lahir hanya dari seorang Ibu, Siti Maryam?
Dan ingatlah, bahwa Rasulullah dibesarkan oleh seorang perempuan juga, Halimatusa'diyah.

Sebaik-baik perencana adalah Allah. Dan Allah telah merencanakan sesuatu yang baik untuk setiap perempuan di muka bumi ini.

Maka jangan sia-siakan keistimewaanmu, perempuan..