8.2.09

Buat Kak Seto

Waktu berita Syekh Puji menikahi gadis berumur 12 tahun jadi sorotan, Kak Seto yang merupakan Ketua Umum dari Komnas Perlindungan Anak tentunya angkat bicara. Mengingat bahwa di Indonesia, kategori "Anak-anak" adalah dari umur 18 tahun ke bawah, dan Ulfah, gadis yang dinikahi syekh Puji, tergolong anak-anak. Jadilah berdasarkan Undang-Undang, tindakan Syekh tersebut melanggar, karena menikahi anak di bawah umur.

Phy suka lihat kak seto, orangnya "adem". Apalagi dari kecil memang ngikutin acara2nya beliau di tv. Acaranya bagus2, mendidik, kreatif, bahkan jadi trademark. Beliau perhatian sekali sama anak-anak. Karena memang seharusnya begitu. Di tangan anak-anaklah masa depan bangsa yang lebih baik sedang digenggam. Makanya, melihat sosok kak Seto tersebut, phy berharap besar beliau bisa seimbang menanggapi masalah2 mengenai anak-anak di Indonesia khususnya.

Masalah syekh puji yang menikahi gadis 12 tahun, menurut phy pribadi bukanlah suatu masalah. Mereka menikah sah, dengan tata cara islam, dengan adat yang baik, dan dengan keikhlasan kedua belah pihak. Nggak ada masalah kan? Yang dianggap jadi masalah adalah karena dipandang dari beberapa aspek, umur 12 tahun adalah umur yang masih sangat muda untuk mengembang tanggung jawab dalam rumah tangga, umur 12 tahun merupakan umur anak yang masih harus mengenyam pendidikan di bangku sekolah, umur 12 tahun ditakutkan akan mendapat gangguang psikologi jika dihadapkan pada 'pernikahan', dan alasan lainnya yang intinya terdengar membela anak-anak.
Mengingat alasan2 di atas, maka Kak Seto yang selalu berjuang untuk hak-hak anak, beberapa kali terlibat untuk berbicara dengan Syekh Puji.

Lalu di lain sisi, ada masalah lain di dunia anak-anak. Yaitu memperkerjakan anak di bawah umur. Dengan kurang lebih alasan yang sama, bahwa anak-anak belum siap mengembang tanggung jawab besar, masih harus sekolah, dan lingkungan pekerjaan yang bisa merusak psikologi anak (saat seharusnya anak bermain dengan teman sebayanya). Makanya berusaha ditolonglah anak-anak yang dipekerjakan tersebut, dibina, disekolahkan lagi, dan lain-lain. Namun realitasnya masih banyak anak jalanan yang bekerja, dan sebagian dari mereka pun tetap bersekolah. Jadi bekerja sambil bersekolah. Tapi tetap saja, seharusnya anak-anak tersebut bermain dan bersekolah, bukan bekerja mengejar materi. Begitu kurang lebih kesimpulan dari pembelaan untuk tidak memperkerjakan anak di bawah umur.

Tapi ternyata ada satu bidang yang sedang terang-terangan memperkerjakan anak-anak. Di depan mata kita semua, setiap hari. Malahan orang tuanya tidak berkeberatan atas hal itu, malah mendukung sepenuh hati, bahkan ada orang tua lain yang berlomba-lomba menyodorkan anaknya untuk juga bisa bekerja.
Sudah tau bidangnya apa?
Yuph..jadi artis sinetron!!
Artis adalah profesi. Pekerjaan di bidang seni. Dan anak-anak yang sudah menghabiskan sebagian besar waktunya berkecimpung dalam dunia artis bukankah seharusnya dikategorikan seorang pekerja?
Mereka dapat uang dari hasil jerih payah mereka berakting. Mereka juga sedang bekerja kan?
Dan sama seperti anak jalanan yang bekerja, banyak alasan seharusnya dilontarkan untuk membela artis cilik pemain sinetron ini. Mereka juga belum siap mengembang tanggung jawab pekerjaan, mereka juga seharusnya menghabiskan masa kanak-kanak dengan belajar dan bermain, serta lingkungan kerja yang bisa mengganggu perkembangan psikologis mereka (lifestyle yang memanjakan, baju2 terbuka disana-sini, budaya pacaran, omongan kasar, dll).
Sama aja kan?
Yang beda hanya, pekerjaan jadi artis sinetron lebih menghasilkan banyak uang dan gaya hidup yang lebih menggiurkan dibandingkan jadi pengamen jalanan misalnya.

Kenapa justru yang terang-terangan terjadi dan bahkan setiap hari, tidak diperjuangkan?
Mereka sama2 anak2, hanya berbeda jalan hidup.
Tapi hak mereka sama, kan?

Phy yakin kak Seto lebih paham..