14.9.15

What's inside the "Inside Out"


Dari sejak lihat trailer-nya di bioskop maupun di internet, film Inside Out udah sayah 'tandain' sebagai fim wajib nonton. Karena selain -well it's Disney's and Pixar's!- animasi, katanyah Inside Out yang bercerita tentang bagaimana emosi bekerja dalam pikiran manusia, bener-bener serius menggarap film ini sampai melibatkan para ahli psikologis. Sounds promising, isn't it?

Setelah beberapa kali gagal nonton bareng sama temen-temen kantor, akhirnya minggu lalu saya jadi juga nonton film inih bareng ade dan keponakan (fyi, ade sayah tidur sepanjang film dan keponakan sayah sibuk makan berondong jagung). Anyway, yang penting nonton! Hooraaaay! 

Sayah infokan sebelumnya, kelanjutan tulisan inih akan ada sedikit spoiler film Inside Out, jadi buat kalian yang pengen nonton tapi belum sempet, mending jangan baca, deh. Nanti kalu sebel trus ngambek dan minta beli balon kan repot. I warned ya'..

Jaaadiii..
Di Inside Out, kita akan kenalan sama para Emosi!
Ada joy, sad, disgust, fear, dan anger. Berhubung karakter utama di film itu adalah Riley, anak umur 11 tahun, jadi yang pegang kendali terbesar sejak lahir hingga umur 11 tahun adalah joy. Jelas yah? Anak-anak identik dengan keceriaan dan kebahagiaan. 

Dengan dipimpin oleh joy, semua emosi lainnya bekerja sama untuk membuat hidup Riley bahagia setiap saat. Kecuali sad. Dari awal film, sad udah di 'kucilkan', dianggep ngeganggu, dan nggak ada gunanya. Surprisingly, sayah kebawa sama film itu, hehehe, sempet mikir, "Inih apah deh si sad ngerusak ajah, ngapain sih ada si sad?"

Ternyata sayah ikutan bertanya: untuk apa ada kesedihan? kenapa nggak ciptain kebahagiaan ajah?

Sayah nggak akan cerita bagaimana akhirnya kesedihan punya perannya sendiri dalam membuat hidup manusia bahagia seperti di film Inside Out. Tapi yang saya mau cerita adalah if pursuit a happiness is meant to be human life goal, then why Allah bother making another emotion which the opposite of happiness? Sedangkan apapun yang Allah ciptakan tidak mungkin sia-sia.

Sampai keluar dari bioskop, saya masih hanya larut dengan konklusi yang dibuat oleh penulis cerita film Inside Out, bahwa untuk bisa bahagia, kamu perlu mengenal kesedihan. Tapi kemudian esoknya, Allah ingin suatu ilmu sampai ke saya, jadi dibuatNya temen saya di kantor mendengarkan ceramah, dan menyampaikan ceramah ituh ke saya. Sungguh itu bukan kebetulan.

Temen saya cerita tentang kajian di channel youtube Bayyinah Institute oleh Nouman Ali, tentang apa sebenernya yang diusahakan manusia, what are you pursuing in life? Akhirnya saya nonton video berdurasi sekitar 40 menit tersebut, dan langsung merasa malu dengan pemikiran saya sehari sebelumnya.

Ternyata bukan kebahagiaan lah yang manusia cari, bukan si joy yang harus menguasai kendali emosi manusia untuk bisa membuatnya bahagia, dan bukan dengan menghilangkan si sad lantas manusia baru bisa bahagia. Ternyata bukan semua itu.

Nouman Ali cerita, bahwa untuk bahagia itu mudah. Semudah menunda bangun tidur beberapa menit hanya untuk berbahagia tidur nyaman lebih lama di kasur empuk. Namun kebahagiaan seperti itu sifatnya sementara, beberapa saat kemudian kita akan merasa bersalah, panik, dan tidak bahagia.

Sebenernya Nouman Ali cerita banyak hal tentang apa saja yang dicari manusia dalam hidupnya di video tersebut, tapi yang ingin saya garis bawahi adalah manusia bukan diminta untuk mencari kebahagiaan, melainkan mencari ketenangan dan ketentraman. 

Ah iyah! Sayah jadi ingat salah satu ayat di Al-Quran:
"...Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram."
(QS Ar Ra'du ayat 28)

Bukan berarti untuk mencari ketentraman kita jadi tidak bahagia, bukan seperti itu. Justru ketika mengingat Allah yang menentramkan hati, inshaa Allah kebahagiaan akan ikut hadir. Dan bukan sekedar bahagia seperti mendapat hadiah kuis tebak lagu, tapi kebahagiaan karena rasa syukur dan sabar dalam menjalani semua episode hidup.

Joy, sad, anger, disgust, dan fear bukanlah sosok-sosok yang harus kita beri makan hingga tumbuh besar dan mengendalikan diri kita. Joy tidak selalu harus menjadi paling dominan, fear-anger-disgust bukan sekedar pendukung bagi joy, dan sad bukanlah emosi yang harus dikucilkan. Justru mereka adalah kendaraan kita untuk senantiasa mengingat Allah dalam keadaan apapun.


Bersyukur ketika senang, bersabar ketika sedih, mohon ampun ketika marah, rendah hati ketika melihat sesuatu yang kurang kita sukai, dan mohon perlindungan ketika ketakutan. See? Semua emosi akan jadi kendaraan yang bagus untuk mencapai ketentraman dengan mengingat Allah. Ketentraman seperti inihlah yang akan  membawa kebahagiaan sejati.



ps:
Accepting this insight about emotion is a thing for me, but to apply it in my daily life, it's another thing. Hahaha.. semoga Allah tolong dan mudahkan selalu :)