13.4.11

Bapak bikin saya mikir. (lagi)

Tadi bapak minta saya baca artikel di Hidayatullah tentang Film Tanda Tanya.
Setelah selesai saya baca, bapak manggil saya duduk di depan TV, trus nanya apa aja yang dibahas pak Mustofa B. Nahrawardaya di tulisannya. Dan saya seperti biasa menceritakan panjang lebar sampai ke detail2 tulisannya.

Firstly, waktu saya habis nonton filmnya dan saya bilang ke Bapak dan Ibu bahwa filmnya bagus. Saya suka filmnya. Bla-bla-bla. Bapak nggak banyak komentar, dan kalu bapak nggak komentar, saya jadi bingung :D.
Seperti udah saya sebut sebelumnya, bahwa the strongest point that attract me to that movie is about not generalizing people by their religion, nation, or even gender. Iyah, saya tertarik dan suka film itu karena digambarkan bahwa ada orang Islam yang baik, rajin sholat, ramah, dan lain2nya. Tapi ada juga orang Islam yang kasar mulutnya, kasar tangannya, dan suka bergunjing. Begitu juga orang kristen dan agama lainnya. Karena yah, satu2nya yang dijaga Alloh dari perbuatan dosa adalah Rasulullah, saya yakin. Dan tugas kita umatnya untuk terus berusaha meniru Beliau, meski tidak akan pernah sama.

Kemudiaaan..setelah saya diskusi sama bapak.
Ternyata yang mau dibahas adalah tentang Toleransi. Sejauh ini saya suka sama film Tanda Tanya karena plot penokohannya, tapi kali ini yang bapak mau bahas adalah pesan Toleransinya. Kurang lebih kayak begini obrolannya..

bapak : yang namanya Toleransi, nak, cukup dengan "Untukmu agamamu, Untukku agamaku"

pipi : jadi maksudnya nggak boleh sampe berperan jadi Yesus di drama, sholat di deket tempat sembahyang agama lain, atau ngejaga gereja di hari besar mereka?

bapak : bukan boleh tidak boleh, tapi hal-hal seperti itu nggak perlu lah..

pipi : jadi boleh?

bapak : boleh dalam keadaan tertentu

pipi : keadaan tertentu macam apa?

bapak : kalau mereka butuh dan kita sedang ada di dekatnya, atau kita butuh dan kita sedang ada di tempat mereka

pipi : waktu jaman Rasul pun begitu, pak?

bapak : begitu nak, Rasul kan hidup berdampingan dengan suku2 Yahudi di Madinah, waktu Rasul mau perang dan orang Yahudi menawarkan bantuannya, Rasul menolak dengan sopan padahal armada perangnya jelas kurang, tapi karena perangnya di jalan Allah dan Rasul menjaga agar perang itu hanya demi Islam, maka Rasul tolak bantuannya.

pipi : Seinget pipi waktu perang parit ada satu sisi yang dijaga perkampungan Yahudi, berarti secara gak langsung orang Yahudi bantuin orang Islam perang dong pak?

bapak : ada yang namanya piagam madinah, itu kesepakatan yang Rasul buat bersama orang Yahudi juga, dan disitu mereka bersama akan bahu-membahu menjaga Madinah. Bukan bahu membahu menjaga umat Islam atau bahu membahu menjaga umat Yahudi

pipi : seperti itu yang Rasul contohin?

bapak : iya

Oke, habis perkara. Kalau bapak bilang Rasul begini, ditambah Alquran, buku2 dan hadits pendukung, maka saya nggak punya argumen lebih untuk menolak. 

Jadi kesimpulannya, apa film TandaTanya bagus?
Well, itu jelas relatif yah.
Tapi buat saya pelajaran dari film TandaTanya itu adalah bahwa manusia dipandang bukan dari agamanya atau sukunya, tapi perbuatannya. Sedangkan pesan toleransi yang ingin disampaikannya? Hmm..menurut saya ada cara jauh lebih cerdas untuk menyampaikan makna toleransi beragama dibandingkan apa yang sudah coba Film itu sampaikan. 


Sort of like that lah..