18.4.11

"Oh, emang mau jadi guru?"

Kalau dulu begitu orang tau saya kuliah program studi Pendidikan Fisika, mereka langsung tanya, "Oh, emang mau jadi guru?" Dan saya hanya memiringkan kepala, nyengir kuda, sambil bilang, "Hee..liat aja nanti." Bukannya saya bingung mau jawab apa, tapi emang bingung sih mau jawab apa (?). Karena jujur aja, saya udah ganti cita-cita lebih dari 12 kali sejak TK. Mulai dari arsitek sampai astronot pernah jadi cita-cita saya. Tapi belum pernah tuh terlintas jadi guru. Sampai beberapa bulan terakhir ini.

Hahaha..iya, percaya kah kalian awalnya saya ngejalanin kuliah buat jadi guru tanpa terbersit sedikit pun minat buat jadi guru. Mungkin jahat yah kedengerannya buat mereka yang emang niat jadi guru, tapi kalau Alloh yang punya rencana, saya mau bilang apa?
Bener lho ini semua rencana Alloh. Saya juga pernah cerita di blog ini gimana Alloh "mengantarkan" saya kuliah di UNJ. Perjuangannya panjang, penuh air mata *haddeeeh gue bs nangis juga ternyatah?*, dan penuh doa. Meski begitu, bisa dibilang momen itu jadi titik balik hidup saya (hmm...oke, gw cari kamus dulu, "titik balik" artinya paan?).

Mulai dari nggak lulus SPMB, Alloh mau ngasih tau saya bahwa Ilmu yang Alloh pinjemin buat saya itu punya Dia. Nggak ada hak saya sedikit pun buat bersombong-sombong ria dengan segala gelar Juara itu.

Saat saya liat orang lain yang keterima di jurusan yang saya cita-citakan sambil bersorak, memaki, menangis terharu, berpesta. Saat itu Alloh mau bilang sama saya bahwa Dia yang atur rezeki setiap orang, bukan saya, bukan juga mereka. Alloh mau kasih ini ke siapa, atau Alloh nggak mau kasih, mau dikasih sekarang atau nanti, itu semua hak Alloh.

Waktu saya menangis habis-habisan (hahaha..iyah, saya nangis! Nggak percaya amat dah) meski cuma beberapa jam. Alloh mau ingetin saya, bahwa saya juga manusia, berhak menangis, maka menangislah secukupnya.

Waktu abang saya SMS (yang mana SMS ini akan saya inget bahkan sampai saya tua). Alloh mau ngingetin saya lagi, bahwa diam saat satu pintu tertutup adalah hal bodoh. Jadi seperti abang saya bilang, surprises wait for you in every corner of your life, yang penting elu mau nyamperin tikungan2 itu, jangan diem di tempat (I love you, kak! :D).

Waktu temen saya ngajak ikutan UM UNJ, Alloh mau bilang bahwa Dia sangat sayaaang sama saya. Sampai-sampai Dia bukakan "jalan" yang harus saya lalui. Dan waktu saya lulus UM UNJ sementara temen saya yang ngajak itu nggak, sekali lagi Alloh ngingetin saya bahwa proses dan usaha adalah bagian saya, tapi hasil tetap urusanNya.

Jadi, ini tikungan yang saya pilih, yang Alloh tunjukkan karena Dia menepati janjiNya. Alloh siapin banyaaaaaaaaaaaaaak sekali kejutan buat saya. Sampai-sampai sekarang saya bisa bilang, "Alhamdulillah dulu saya nggak lulus SPMB."
Seperti kata bang Darwis, bahwa hidup itu harus memahami dengan pemahaman yang tulus, harus mengerti dengan pengertian yang benar, dan harus menerima dengan penerimaan yang indah. Dan Alloh ngajarin itu semua ke saya sekaligus dengan tidak meluluskan saya SPMB :D
Karena di UNJ saya baru sadar, ternyata cita-cita pertama saya waktu TK adalah cita-cita yang bertahan sampai sekarang. Well, selain fakta bahwa saya berusaha keras menjadi anak yang Menyejukkan Pandangan kedua orang tua saya, iyah, saya pengen di surga kelak lihat Bapak dan Ibu di mahkotai cahaya oleh Alloh karena saya telah jadi anak yang berbakti bagi mereka berdua. Cita-cita saya adalah *jengjeng* : Jadi Terkenal. (Jangan ketawa lu!)

Saya serius, booi..

Tahukan kalian betapa berharganya buat saya untuk didengar, dibaca tulisannya, dan dihargai pendapatnya? Karena saya lihat sendiri bagaimana ribuan pemuda yang punya pemikiran-pemikiran luar biasa tapi suaranya harus berhenti hanya di pagar gedung DPR. Saya tau bahkan seorang artis yang sekedar komentar "No comment" atas kenaikan harga cabe bisa jadi headline surat kabar hanya karena statusnya sebagai Orang Terkenal. Sedangkan pendapat petani cabainya sendiri hanya masuk di kolom kecil. Di Negeri ini mungkin kata-kata "Yang Muda Belum Pantas Bicara" masih sering jadi slogan.

Sangat sedikit pemuda yang punya kemampuan didengar jika belum berstatus atau setidaknya berprestasi di negeri ini. Saya mau jadi yang sedikit itu.

Temen saya bilang, "Mau terkenal? Sana joged2 trus upload di youtube!".
Tapi buat saya yang namanya niat itu adalah proses, bukan sekedar tujuan. Jadi saat saya niatkan terkenal, berarti saya pun sudah punya perencanaan prosesnya. Proses yang Alloh ridhoi dan Rasul contohkan. Apakah itu? ---- salah satunya adalah dengan JADI GURU. Bukan sembarang guru tapi GURU YANG BAIK. 

Ayolaaah, bahkan guru TK kalian yang baik pasti kalian inget sampai tua, kan? Anak-anak sekolah kalau pulang pasti ngadu ke Ibunya, "Kata Ibu Guru..". Anak SMA pun sebader-badernya masih punya guru favorit yang selalu dia dengerin pendapatnya.

Belajar jadi guru :D

Belajar jadi Guru :D :D

Murid-murid pertama saya ~ My Bundle of Joy :D


Jadi guru yang baik itu tidak mudah ternyata. Bukan tidak bisa yah, tapi tidak mudah. Dosen saya pernah bilang, ada tiga pekerjaan dengan resiko tertinggi. Pertama adalah Dokter, kesalahan fatal seorang dokter akan mengakibatkan kematian bagi pasiennya. Kedua adalah Polisi/Tentara, karena kesalahan fatalnya akan mengakibatkan kematian seseorang atau banyak orang. Dan ketiga dan yang paling beresiko tinggi adalah Guru. Karena kesalahan fatal seorang guru akan membuat siswa-siswanya hidup tapi salah jalan dan tidak berguna, dan itu jauh lebih buruk dari kematian.

FYI, Selain jadi guru, saya juga mau jadi Penulis. Saya pengen bisa nuangin pikiran saya dalam bentuk tulisan. Pengen di"dengar" lewat tulisan juga. hahaha..sekarang mah masih belajar sih. :D Karena saya percaya kekuatan sebuah tulisan pun bisa membawa sebuah perubahan. Setidaknya itu yang terjadi sama saya.

Jadi sekarang, kalau ada yang tanya, "Emang mau jadi guru?". Saya nggak lagi2 pasang cengiran kuda, kali ini saya pasang senyum tegas kayak pak Habibie dan menjawab mantap, "Iyah, saya mau jadi guru!"